Kamis, 11 Oktober 2012

Nilai - Nilai Pendidikan dalam Novel Ayat Ayat Cinta ( Bab I )



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Membicarakan sastra dan pendidikan agama bisa berarti mempertautkan pengaruh agama dalam sebuah karya sastra. Pertautan dua hal itu didasarkan pada pandangan bahwa sastra merupakan karya imajinatif yang sarat dengan nilai estetikanya. Melalui karya sastra seorang pengarang bermaksud menyampaikan informasi, gambaran atau pesan tertentu kepada pembaca. Sesuatu yang disampaikan itu biasanya merupakan gagasan tentang nilai-nilai kehidupan dan norma-norma yang bersumber dari ajaran agama yang tampak dalam kehidupan. Proses penciptaan karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya dan pendidikan. Bagi seorang pengarang yang peka terhadap permasalahan tersebut, dengan hasil perenungan, penghayatan dan imajinasinya, maka akan melahirkan gagasan dan ide dalam karya sastra berupa novel edukasi.


Dari pandangan inilah, dikenal istilah bentuk sastra keagamaan. Sastra keagamaan menarik untuk dijadikan objek penelitian karena terdapat kaitan erat antara karya sastra dan pendidikan agama. Bentuk sastra seperti itu merupakan hasil perpaduan antara budaya dan nilai-nilai pendidikan serta ajaran religius yang telah dihayati oleh pengarangnya. Dalam karya sastra seperti itu, tergambarkan adanya reaksi aktif pengarang dalam menghayati makna kehadiran agama yang dipeluknya secara teguh dan terpatri dalam relung-relung nilai ketarbiyahan, sehingga kehadiran karya sastra tidak lepas dari pesan-pesan eduktif yang diinginkan.
Pada dasarnya karya sastra merupakan karya cipta yang mengungkapkan kembali pengamatan dan pengalaman pengarang tentang peristiwa pada kehidupan yang menarik. Peristiwa-peristiwa itu merupakan peristiwa nyata atau mungkin hanya terjadi dalam dunia khayal pengarang. Sastra memiliki dunia sendiri. Suatu kehidupan yang tidak harus identik dengan kenyataan hidup.
Kesusastraan pada saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan menggembirakan. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, sastra akan terus bergerak, tumbuh dan berkembang. Karya sastra adalah suatu hasil cipta manusia yang berdasarkan kenyataan dan diberi imajinasi pribadi lewat media lisan maupun tulisan.
Pada hakekatnya melacak pemikiran sang novelis dalam sebuah produk karya sastra harus dilihat dari dua unsur pembangun, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur Intrinsik (dalam) adalah unsur pembangun yang terdapat didalam karya sastra itu sendiri. Unsur Ekstrinsik (Luar) adalah dunia luar karya sastra yang turut melatar belakangi dan menunjang lahirnya karya sastra, atau yang disebut dengan hipograma.[1]
Karya novel edukatif adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Novel yang masuk dalam kategori best seller sebagai salah satu bentuk karya sastra dapat dengan bebas berbicara tentang kehidupan yang dialami oleh manusia dengan berbagai peraturan dan norma-norma dalam interaksinya dengan lingkungan sehingga dalam novel terdapat makna tertentu tentang  kehidupan, yang juga mencakup pemberian pesan-pesan pendidikan dalam ranah keberagamaan manusia sebagai khalifah di dunia, selain itu, sastra dapat berfungsi sebagai karya seni yang bisa digunakan sebagai sarana menghibur diri pembaca. Hai ini sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro, yang menyatakan bahwa membaca sebuah karya sastra fiksi berarti menikmati cerita dan menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin bahkan sampai kepada penyentuhan qalbu pembaca tentang arti sebuah pesan-pesan pendidikan melalui torehan pena sang pujangga.[2]
Sastra keagamaan adalah sastra yang mengandung nilai-nilai ajaran agama,  moralitas, estetika dan religius. Karya sastra seperti itu menunjukkan bahwa pengarang merasa terpanggil untuk menghadirkan nilai-nilai keagamaan ke dalam karya sastra. Karya sastra yang menghadirkan pesan-pesan keagamaan yang isi ceritanya diambil dari kitab-kitab suci keagamaan disebut novel religius.  Istilah ”religius” membawa konotasi pada makna agama. Religius dan agama memang erat berkaitan, berdampingan, bahkan dapat melebur dalam satu kesatuan, namun sebenarnya keduanya menyarankan pada makna yang berbeda. Dengan demikian, religius bersifat mengatasi lebih dalam, dan lebih luas daripada agama yang tampak, formal, dan resmi. Sedangkan agama dapat didefinisikan sebagai sistem norma atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia dan sistem ritus manusia kepada yang dianggapnya mutlak. Agama juga merupakan sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan.
Membahas masalah karya sastra edukatif, ada beberapa masalah yang muncul, antara lain kurangnya kemampuan pembaca dalam memahami karya sastra edukatif yang bersifat kompleks, unik, dan tak langsung dalam pengungkapannya. Hal inilah antara lain yang menyebabkan sulitnya pembaca dalam menafsirkan karya sastra edukatif.
Dalam hal ini karya sastra dapat berperan untuk membantu sebagai pencerahan, serta sebagai sarana pendidikan dan pembelajaran, sehingga dapat diambil manfaat dan ibrah dalam kehidupan. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa tugas pertama sastra adalah sebagai alat bahasa bagi pemikir-pemikir untuk menggerakkan pembaca kepada kenyataan dan menolongnya mengambil suatu keputusan bila mengalami masalah. Selain itu, fenomena masyarakat yang menjauh dari sifat-sifat kemanusiaan, lupa terhadap kewajiban-kewajiban hidupnya, bersikap masa bodoh terhadap permasalahan yang terjadi di sekelilingnya, maka melalui karya sastra (novel) diharapkan dapat digunakan untuk menyadarkan dan mendidik  masyarakat (pembaca) untuk kembali pada jalan yang benar.
Adapun permasalahan lain, yaitu adanya pandangan bahwa suatu karya sastra tertentu bernilai rendah daripada karya sastra tertentu lainnya, bahkan para pecinta sastra sekuler menyatakan bahwa novel Islami adalah buku agama yang hanya berisi norma agama sebagai media pendidikan dan dakwah tanpa mengindahkan segi keestetikaannya. Apakah benar novel Islami adalah buku agama yang hanya berisi norma agama sebagai media pendidikan dakwah tanpa mengindahkan segi keestetikaannya? Novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy berhasil menepis harapan para pecinta sastra sekuler tersebut yang menganggap novel Islami kehilangan nilai pendidikan dan sastranya.
Novel Ayat-Ayat Cinta, selain telah terbit dalam bentuk buku, juga sudah di filmkan serta dibeli dan tonton oleh ribuan manusia. Novel tersebut termasuk best seller dalam penjualannya karena dalam kurung waktu kurang dari setahun novel tersebut sudah cetak ulang 35 kali. Novel Ayat-ayat Cinta ini merupakan sebuah novel Islami sekaligus novel pembangun jiwa yang di dalamnya terkandung ajaran yang terbungkus rapi tanpa meninggalkan segi estetika dan nilai-nilai edukatifnya. Kisah cinta yang indah dibangun jauh dari kevulgaran dan keerotisan. Nilai-nilai pendidikan agama yang terdalam sebagai sarana pembelajaran dan alat dakwah terbungkus apik dengan ajaran-ajaran moral dan pendidikan ahklak. Tema pokok karangannya juga bermanfaat bagi penyempurnaan manusia, yaitu tema cinta dalam arti luas. Seperti terlihat dari judul novel, Ayat-ayat Cinta (Sebuah novel pembangun jiwa), maka tema novel ini tak hanya mengandung tema cinta manusia pada manusia semata, tetapi juga merekam jejak nilai-nilai cinta manusia kepada Tuhan dan rasul-Nya. Dalam novel ini tersirat adanya pengertian cinta manusia kepada Tuhan yang diwujudkan dengan cara teguh menjaga keimanan berdasarkan petunjuk-Nya. Selain itu, tema cinta tersebut menyiratkan adanya pengertian Tarbiyah Rububiyah (Pendidikan Ketuhahan) tentang cinta Tuhan kepada manusia yang diwujudkan dengan diberikannya cobaan kehidupan dan wahyu berupa petunjuk ayat-ayat al-Quran dan Sunnah Nabi.
Perkembangan novel di Indonesia dari jaman dulu sampai sekarang banyak yang bertemakan masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan keagamaan, karena pendidikan agama merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan yang sarat dengan nilai-nilai positif. Berkaitan dengan hal ini, dalam novel Ayat-ayat Cinta digambarkan terutama tentang kehidupan tokoh utama yang sangat kuat imannya, selalu taat kepada aturan agama. Mengetahui bagaimana berinteraksi dengan sesama manusia, baik muslim maupun nonmuslim, muhrim dan bukan muhrim. Novel ini dapat dikatakan berisi aspek religius edukatif.
Abu Ridho menyatakan bahwa novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy adalah novel yang sangat bagus dan lengkap kandungannya. Ini bukan hanya novel sastra dan novel cinta, tapi juga novel pendidikan, novel budaya, novel religi, novel fikih, novel etika dan akhlak, novel bahasa, dan novel dakwah. Bahasanya yang mengalir, karakterisasi tokoh-tokohnya yang begitu kuat, dan gambaran latarnya yang begitu hidup, membuat kisah dalam novel ini terasa benar-benar terjadi.[3]
Permasalahan yang menarik untuk dikaji oleh penulis dalam penelitian ini adalah analisis nilai-nilai tarbiyah /pendidikan religius yang terdapat dalam novel best Seller “Ayat-ayat Cinta”. Kandungan Tarbiyah atau pendidikan dimaksud, berhubungan dengan pesan-pesan edukatif melalui alur cerita di setip temanya, sedangkan Religius selalu berkaitan dengan hal yang berhubungan dengan transedental. Transedental diperlukan karena manusia hanya mungkin diselamatkan dengan adanya aplikasi tarbiyah imaniyah (pendidikan keimanan) dalam tindakan nyata. Selain itu transedental dalam arti spiritual akan membantu manusia menyelesaikan masalah-masalah modern pada akar rumput paling bawah di lingkungan masyarat yang sering muncul dan kian menggurita tanpa solusi.
Diakui atau tidak, Habiburrahman El-Shirazy dengan kehadiran karya sastranya telah menghantarkan kita kepada sebuah suguhan bacaan yang penuh dengan muatan pendidikan. Dengan demikian, berdasarkan alasan-alasan di atas, novel Ayat-ayat Cinta menarik untuk dikaji dari sisi tekstualnya. Dalam novel AAC terdapat transformasi nilai-nilai pendidikan Islam karena adanya hubungan tekstual dengan teks lain, dalam hal ini hubungannya dengan teks Alquran dan Hadis. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian yang memfokuskan perhatian pada kajian tekstual.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1.      Nilai-nilai pendidikan apa sajakah yang terdapat dalam novel Ayat-ayat cinta ditinjau dari unsur intrinsik teks al-Quran dan Hadits?
2.      Bagaimanakah konsep pemikiran Habiburrahman El-Shirazi dalam persfektif empiris pada Novel ayat-ayat cinta?

C.    Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.      Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa hal, yakni :
a.       Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta ditinjau dari unsur intrinsik teks al-Quran dan Hadits.
b.      Untuk melacak konsep pemikiran Habiburrahman El-Shirazi secara empiris tentang nilai  pendidikan Islam dalam novel Ayat-Ayat Cinta
2.      Kegunaan Penelitian
a.       Kegunaan Teoritis, yakni berguna bagi peneliti untuk mempelajari secara lebih mendalam tentang konsep dan teori yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan Islam yang selanjutnya dapat dijadikan kerangka awal untuk meneliti karya sastra. Selain itu, kegunaan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding bagi peneliti lain dalam pengkajian sastra islami pada umumnya.
b.      Kegunaan Praktis, yakni berguna bagi para pelaku pendidikan, sastrawan dalam hal memberikan informasi, sumbangsi pemikiran, dan dapat menambah wawasan keilmuan tentang kandungan nilai-nilai pendidikan dalam hasil karya sastra seseorang. Begitu pula dapat berguna bagi pembaca dalam memahami nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Ayat-ayat Cinta utamanya menemukan hubungan intertekstual antara karya sastra dengan ayat-ayat al-Quran dan Hadits. 

D.    Pengertian Judul dan Defenisi Operasional
1. Pengertian Judul
Untuk menghidari kesalahpahaman terhadap redaksi judul ini maka berikut ini penulis kemukakan beberapa pengertian :
a.       ”Nilai”, dalam bahasa Inggris (value); Latin (valere) berarti: berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, kuat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna atau dapat menjadi objek kepentingan.”[4] Pengertian lainnya tentang nilai (value) adalah “ norma-norma yang dianggap baik oleh setiap individu. Nilai inilah yang selanjutnya akan menuntun setiap individu dalam melaksanakan ibadahnya. Sedangkan Islam dalam pendidikan Islam menunjukkan hasil pendidikan tertentu yang sesuai dengan ajaran Islam. Misalnya nilai-nilai yang terkandung dalam rukun Iman, Rukun Islam dan Rukun Ihsan.[5] Sedangkan menurut Zakiyah Zarajat adalah Suatu keyakinan ataupun perasaan yang meyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun perilaku.[6]
b.      Istilah tentang “novel” antara Negara satu dengan Negara lain beragam. Dalam Bahasa jerman disebut Novelle. Sedangkan dalam bahasa perancis disebut Nouvelle. Kedua istilah tersebut dipakai dalam pengertian yang sama yaitu karangan prosa yang panjang mengadung serangkaian ceria kehidupan seseorang dengan orang di sekitarnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap perilaku.[7] Novel dalam arti umum berarti cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas yaitu cerita dengan plot dan tema yang kompleks, karakter yang banyak dan setting cerita yang beragam. Novel merenungkan dan melukiskan realitas yang dilihat, dirasakan dalam bentuk tertentu dengan pengaruh tertentu atau ikatan yang dihubungkan dengan tercapainya gerak-gerik hasrat manusia.[8]
c.       Habiburrahman El-Shirazy, seorang novelis, alumnus Universitas al-Azhar Kairo Mesir.[9]
d.      Empiris, biasa juga disebut empirik, yang bermakna : Berdasarkan pengalaman dan penghayatan seseorang, sehingga empirisme diartikan para penganut yang beranggapan bahwa pengetahuan dapat diperoleh berdasarkan pengalaman dan pengayatan yang memadukan antara indera dan nalar rasio.[10]
2. Defenisi Operasional
Berdasarkan beberapa pengertian judul di atas, maka maksud dari penelitian ini secara operasional adalah : Melakukan suatu pengkajian tentang kandungan nilai-nilai pendidikan Islam dengan cara menganalisis dari aspek muatan nilai-nilai al-Quran dan Hadis secara intertekstual (hipograma) pada sebuah karya sastra dalam bentuk novel “Ayat-Ayat Cinta”, yang dikarang berdasarkan pengalaman dan penghayatan pribadi oleh seorang novelis “Habiburrahman El-Shirazy”.


E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Dengan demikian, objek penelitian, referensi, dan rujukan-rujukan lain penulis peroleh dari sumber-sumber tertulis yang terdapat di perpustakaan. Adapun objek yang diteliti adalah novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy, cetakan XX, tahun 2007, diterbitkan oleh Republika Jakarta  dan Pesantren Basmalah Indonesia.
Penelitian ini akan memfokuskan ke dalam ruang lingkup sebagai berikut :
(1)   Sumber data dalam penelitian ini adalah teks novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy.
(2)   Penelitian kemudian difokuskan pada teks-teks yang memuat dan mengandung nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam AAC dengan cara menganalisis dan melacak antara hubungan pemikiran Habiburrahman El-Shirazy dalam teks AAC dengan teks Alquran dan Hadis nabi.

E. Kajian Pustaka
Penelitian mengenai karya sastra telah banyak dilakukan. Sebagian besar kajian dilakukan untuk meneliti nilai intrinsic sebuah karya sastra, seperti nilai moral, landasan sosiologis dan aspek kesejarahan dari suatu karya sastra.
Sepengetahuan penulis, penelitian yang mengkaji novel AAC berupa skripsi ataupun tesis, hingga saat ini belum pernah ada. Penulis telah mengunjungi dan menelusuri beberapa perpustakaan di daerah Gorontalo dan website, Hasil-hasil penelitian tentang novel tersebut juga belum ada. Yang ada dalam laman (website) hanyalah tanggapan-tangapan pembaca terhadap hasil bacaan AAC yang memberikan kesan, khususnya bagi usia remaja, bahwa AAC  sangat menarik untuk dibaca karena memberikan pesan-pesan moral keagamaan bagi pembacanya.
Ada beberapa penelitian yang mengungkap bahwa karya sastra sering dipakai pengarang sebagai sarana untuk menuangkan pengalaman-pengalaman religiusnya. Dalam karya sastra yang menuangkan gagasan-gagasan nilai pendidikan dan religius, pengarang-pengarang Islam menuangkan pesan-pesan nilai-nilai ajaran yang dianutnya. Di antara pengarang-pengarang itu adalah :
  1. Yeni Oktarina.  Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. Skripsi. 2009. Berisi tentang kandungan nilai dari aspek tema, alur cerita, penokohan dan latar.
  2. Hamka, A.A. Navis, Di bawah  Lindungan Ka’bah.  Secara umum berisi ajaran Islam melalui tokoh-tokoh utamanya. Melalui pikiran dan dialog para tokoh, Hamka mencoba menyisipkan kritik-kritik yang ditujukan pada ketimpangan adat-istiadat daerahnya berdasarkan ajaran agama yang dianutnya.

Sedangkan dalam Bentuk Skripsi di Lingkungan IAIN Sultan Amai Gorontalo, sebagian besar meneliti dari aspek nilai-nilai pendidikan pada lokasi tertentu, sehingga jenis penelitiannya bersifat kualitatif deskripsi
1.      Penanaman Nilai-Nilai pendidikan Islam dalam Pengembangan Kepribadian Anggota Unit Gegana Brimob Polda Gorontalo, Nurwakit, 2009, Penelitian Lapangan.
2.      Penanaman Nilai-Nilai Agama dan Implikasinya terhadap minat belajar PAI pada siswa SDN 20 Tilamuta. Ida Parida, 2009. Penelitian Lapangan.
3.      Penerapan nilai-nilai pendidikan agama Islam dengan pendekatan pembiasaan di TK Dewi Sri Bandung Rejo Kec. Boliyohuto. Ponamon Kasmowirjo. 2009. Penelitian Lapangan.
4.      Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Mencegah Kebiasaan Meminum Khamar pada Orang Tua Siswa di Madrasah Tsanawiyah al-Fitrah Desa Imana Kec. Atinggola Kab. Gorontalo Utara. Tilahunga Otoluwa, 2008. Penelitian Lapangan.


Penelitian ini lebih difokuskan pada kandungan nilai-nilai pendidikan Islam dalam Novel Ayat-ayat Cinta melacak pemikiran Habirrahman El-Shirazy tentang pendidikan Islam sehingga dapat dilacak hubungan antara pemikiran Habiburrahman El-Shirazy dalam teks AAC dengan teks Alquran dan Hadis nabi. Oleh karena itu penulis berkeyakinan bahwa skripsi ini belum perna diteliti, sehingga latar belakang, kerangka teori, metodologi dan hasil penelitian nanti sangat berbeda dengan penelitian lainya.

F.   Metode Kajian
1.      Jenis dan Pendekatan Kajian
Jenis kajian yang dipakai dalam pembahasan ini, adalah metode kualitatif dengan, artinya yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi, sedangkan hasil penelitian lebih menekankan pada makna dari pada angka-angka.[11] Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan hasil haryanya yang diamati. Penelitian kualitatif bertujuan untuk membangun persepsi alamiah sebuah objek, jadi peneliti mendekatkan diri kepada objek secara utuh (holistik).[12]
Adapun corak dan sifatnya adalah penelitian kepustakaan (Library Research), yakni penelitian kepustakaan dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis (descriptive of analyze research). Deskripsi analisis ini mengenai bibliografis yaitu pencarian berupa fakta, hasil dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat interpretasi serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Prosedur dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan data deskriptif yang berupa data tertulis setelah dilakukan analisis pemikiran (content analyze) dari suatu teks. Dalam artian bahwa semua sumber datanya berasal dari bahan-bahan yang tertulis yang telah dipublikasikan dalam bentuk buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Adapun metode pendekatan kajian yang digunakan adalah :   Pendekatan edukatif, yakni mencari data-data yang berkaitan dengan teori pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan pokok bahasan.
       2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, simak, dan catat. Teknik pustaka adalah teknik yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Data diperoleh dalam bentuk tulisan, maka harus dibaca, disimak, hal-hal yang penting dicatat kemudian disimpulkan dan mempelajari sumber tulisan yang dapat dijadikan sebagai landasan teori dan acuan dalam hubungan dengan objek yang akan diteliti. Teknik simak dan catat berarti penelitian sebagai instrumen kunci melakukan penyimakan secara cermat, terarah dan teliti terhadap sumber data yakni sasaran penelitian karya sastra yang berupa kata, klausa, kalimat, ungkapan yang mengandung aspek religius dalam teks novel Ayat-ayat Cinta dalam memperoleh data yang diinginkan. Hasil penyimakan itu dicatat sebagai sumber data. Dalam data yang dicatat itu disertakan pula kode sumber datanya untuk pengecekan ulang terhadap sumber data ketika diperlukan dalam rangka analisis data.

        3. Teknik Analisis Data
Proses menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yang terdiri dari empat tahapan, diantaranya adalah pengumpulan, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan / verifikasi[13] Pertama, setelah pengumpulan data selesai, maka tahap selanjutnya adalah mereduksi data yang telah diperoleh, yaitu dengan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data, dengan demikian maka dapat ditarik kesimpulan. Tahap kedua, data akan disajikan dalam bentuk narasi, kemudian tahap ketiga akan dilakukan penarikan kesimpulan dari data yang diperoleh. Kemudian penelitian ini menggunakan pola berfikir induksi berupa menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus khusus.
Untuk menganalisis jenis penelitian kepustakaan, penulis melakukan pembacaan ulang melalui teks dari awal hingga akhir kemudian mengingat kembali penafsiran-penafsiran atau kejadian-kejadian dalam teks yang telah dibaca, dan selanjutnya memodifikasi dengan pemaknaan sendiri berdasarkan peristiwa-peristiwa yang ada untuk melacak pemikiran dan pengalaman sang novelis terhadap produk sastranya yang ditinjau dari kandungan nilai-nilai pendidikan dalam novel Ayat-ayat Cinta.  
        4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian kepustakaan  terdiri atas dua, yakni :
a.       Sumber data Primer, yakni sumber yang terfokus pada teks novel ayat-ayat cinta (ACC), karya novelis Habiburrhaman El-shirazy.
b.      Sumber data Sekunder, yakni sumber yang penulis peroleh dari buku-buku terkait dengan objek penelitian, seperti ayat al-Quran dan redaksi Hadits yang merupakan unsur intrinsik sumber data yang banyak memuat nilai-nilai pendidikan Islam.
G. Sistematika Penulisan
Penelitian ini supaya lengkap dan sistematis, maka perlu adanya sistematika penulisan. Skripsi terdiri atas lima bab yang dapat dipaparkan sebagai berikut :
Bab I :  Berisi pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Memuat biografi pengarang dan karya-karyanya serta ciri khas kepengarangannya. Bab III : Memuat teori tentang gambaran umum novel yang meliputi pengertian novel, tujuan novel unsur-unsur novel dan jenis: tema, alur, penokohan, latar,  dan teori yang berkenaan dengan nilai-nilai pendidikan, Bab IV, berisi tentang analisis struktur novel Ayat-ayat Cinta yang meliputi tema, alur, latar, dan penokohan, yang kemudian menganalisa kandungan nilai-nilai pendidikan dalam novel Ayat-ayat Cinta berdasarkan tinjauan al-Quran dan Hadits, sehingga dapat dilacak pemikiran sang novelis terhadap ide, gagasan dan pesan-pesan edukatif dalam setiap tema novelnya, dan Bab V, berisi penutup yang mencakup kesimpulan, dan saran, untuk lembar berikutnya yaitu daftar pustaka dan lampiran.




[1]Unsur-unsur Ekstrinsik biasa disebut dengan intertekstual yakni : hubungan suatu teks dengan teks lain, Worton, Michael dan Judith Still. Intertextuality and Practices. Dialihbahasakan oleh Nurgriyantoro, Intertekstual dan Praktis Penelitian Teks (New York: Manchester University Press, 1990), h. 26. 
[2] Ahmad Nurgiyantoro, Karya Sastra antara Kreatifitas dan Sarana Pendidikan (Jogjakarta: Media Nusantara, 1995), h. 3.
[3] Abu Ridho, Pesan-Pesan Religius dalam Karya Sastra ACC, (Bandung: Intan Persada Imu, 2009), h. 59.
[4] Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. 2002), h. 783.
[5] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, Cet. iv, 2008), h. 70.
[6] Zakiyah Darajat dkk, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 260. 
[7] Departemen Pendidikan Nasional. op cit.,  h. 788
[8] Arifatun Nisa’ Kandungan Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura ( Surakarta:  Nurul Islam. 2007), h. 5.
[10] Pius A. Partanto, dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 148.
[11] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan Reseach and Development, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.13.
[12]Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda karya, 2010), h. 6.
[13]Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitafi, Kualitaf dan Reseach & Devolopment,   ( Cet ke-10, Bandung: Alfabeta, 2010), h.334. 

1 komentar:

  1. salam. maaf, apa dalam makalahnya tidak terdapat analisis nilai-nilai pendidikan?

    BalasHapus

Followers

jual beli liberty 

reserve, jual beli paypal
radio streaming shoutcast murah indonesia, jasa pembuatan radio 

streaming, cara membuat radio streaming