PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membicarakan sastra dan pendidikan agama
bisa berarti mempertautkan pengaruh agama dalam sebuah karya sastra. Pertautan
dua hal itu didasarkan pada pandangan bahwa sastra merupakan karya
imajinatif yang sarat dengan nilai estetikanya. Melalui karya sastra seorang
pengarang bermaksud menyampaikan informasi, gambaran atau pesan tertentu kepada
pembaca. Sesuatu yang disampaikan itu biasanya merupakan gagasan tentang nilai-nilai kehidupan dan norma-norma yang bersumber dari ajaran
agama yang tampak dalam kehidupan. Proses penciptaan karya sastra tidak lahir
dalam situasi kekosongan budaya dan pendidikan. Bagi seorang pengarang yang
peka terhadap permasalahan tersebut, dengan hasil perenungan, penghayatan dan
imajinasinya, maka akan melahirkan gagasan dan ide dalam karya sastra berupa
novel edukasi.
Pada dasarnya
karya sastra merupakan karya cipta yang mengungkapkan kembali pengamatan dan
pengalaman pengarang tentang peristiwa pada kehidupan yang menarik.
Peristiwa-peristiwa itu merupakan peristiwa nyata atau mungkin hanya terjadi
dalam dunia khayal pengarang. Sastra memiliki dunia sendiri. Suatu kehidupan
yang tidak harus identik dengan kenyataan hidup.
Kesusastraan pada
saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan menggembirakan. Sepanjang
sejarah kehidupan manusia, sastra akan terus bergerak, tumbuh dan berkembang.
Karya sastra adalah suatu hasil cipta manusia yang berdasarkan kenyataan dan
diberi imajinasi pribadi lewat media lisan maupun tulisan.
Pada hakekatnya melacak
pemikiran sang novelis dalam sebuah produk karya sastra harus dilihat dari dua
unsur pembangun, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur Intrinsik (dalam) adalah
unsur pembangun yang terdapat didalam karya sastra itu sendiri. Unsur
Ekstrinsik (Luar) adalah dunia luar karya sastra yang turut melatar belakangi
dan menunjang lahirnya karya sastra, atau yang disebut dengan hipograma.[1]
Karya novel edukatif adalah suatu kegiatan
kreatif sebuah karya seni. Novel yang masuk dalam kategori best seller sebagai
salah satu bentuk karya sastra dapat dengan bebas berbicara tentang kehidupan
yang dialami oleh manusia dengan berbagai peraturan dan norma-norma dalam
interaksinya dengan lingkungan sehingga dalam novel terdapat makna tertentu
tentang kehidupan, yang juga mencakup
pemberian pesan-pesan pendidikan dalam ranah keberagamaan manusia sebagai
khalifah di dunia, selain itu, sastra dapat berfungsi sebagai karya seni yang
bisa digunakan sebagai sarana menghibur diri pembaca. Hai ini sesuai dengan
pendapat Nurgiyantoro, yang menyatakan bahwa membaca sebuah karya sastra fiksi
berarti menikmati cerita dan menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin bahkan
sampai kepada penyentuhan qalbu pembaca tentang arti sebuah pesan-pesan
pendidikan melalui torehan pena sang pujangga.[2]
Sastra keagamaan adalah sastra yang
mengandung nilai-nilai ajaran agama, moralitas, estetika dan religius. Karya sastra
seperti itu menunjukkan bahwa pengarang merasa terpanggil untuk menghadirkan
nilai-nilai keagamaan ke dalam karya sastra. Karya sastra yang menghadirkan
pesan-pesan keagamaan yang isi ceritanya diambil dari kitab-kitab suci
keagamaan disebut novel religius. Istilah ”religius” membawa konotasi pada makna
agama. Religius dan agama memang erat berkaitan, berdampingan, bahkan dapat
melebur dalam satu kesatuan, namun sebenarnya keduanya menyarankan pada makna
yang berbeda. Dengan demikian, religius bersifat mengatasi lebih dalam, dan
lebih luas daripada agama yang tampak, formal, dan resmi. Sedangkan agama dapat
didefinisikan sebagai sistem norma atas adanya sesuatu yang mutlak di luar
manusia dan sistem ritus manusia kepada yang dianggapnya mutlak. Agama juga
merupakan sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan
hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan
dan tata peribadatan.
Membahas masalah karya sastra edukatif,
ada beberapa masalah yang muncul, antara lain kurangnya kemampuan pembaca dalam
memahami karya sastra edukatif yang bersifat kompleks, unik, dan tak langsung
dalam pengungkapannya. Hal inilah antara lain yang menyebabkan sulitnya pembaca
dalam menafsirkan karya sastra edukatif.
Dalam hal ini karya sastra dapat berperan
untuk membantu sebagai pencerahan, serta sebagai sarana pendidikan dan pembelajaran,
sehingga dapat diambil manfaat dan ibrah dalam kehidupan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan bahwa tugas pertama sastra adalah sebagai alat bahasa bagi
pemikir-pemikir untuk menggerakkan pembaca kepada kenyataan dan menolongnya
mengambil suatu keputusan bila mengalami masalah. Selain itu, fenomena
masyarakat yang menjauh dari sifat-sifat kemanusiaan, lupa terhadap
kewajiban-kewajiban hidupnya, bersikap masa bodoh terhadap permasalahan yang
terjadi di sekelilingnya, maka melalui karya sastra (novel) diharapkan dapat
digunakan untuk menyadarkan dan mendidik masyarakat (pembaca) untuk kembali pada jalan
yang benar.
Adapun permasalahan lain, yaitu adanya
pandangan bahwa suatu karya sastra tertentu bernilai rendah daripada karya
sastra tertentu lainnya, bahkan para pecinta sastra sekuler menyatakan bahwa
novel Islami adalah buku agama yang hanya berisi norma agama sebagai media
pendidikan dan dakwah tanpa mengindahkan segi keestetikaannya. Apakah benar
novel Islami adalah buku agama yang hanya berisi norma agama sebagai media
pendidikan dakwah tanpa mengindahkan segi keestetikaannya? Novel Ayat-ayat
Cinta karya Habiburrahman El Shirazy berhasil menepis harapan para pecinta
sastra sekuler tersebut yang menganggap novel Islami kehilangan nilai pendidikan
dan sastranya.
Novel Ayat-Ayat Cinta, selain telah terbit
dalam bentuk buku, juga sudah di filmkan serta dibeli dan tonton oleh ribuan
manusia. Novel tersebut termasuk best seller dalam penjualannya karena
dalam kurung waktu kurang dari setahun novel tersebut sudah cetak ulang 35
kali. Novel Ayat-ayat Cinta ini merupakan sebuah novel Islami sekaligus novel
pembangun jiwa yang di dalamnya terkandung ajaran yang terbungkus rapi tanpa
meninggalkan segi estetika dan nilai-nilai edukatifnya. Kisah cinta yang indah
dibangun jauh dari kevulgaran dan keerotisan. Nilai-nilai pendidikan agama yang
terdalam sebagai sarana pembelajaran dan alat dakwah terbungkus apik dengan
ajaran-ajaran moral dan pendidikan ahklak. Tema pokok karangannya juga
bermanfaat bagi penyempurnaan manusia, yaitu tema cinta dalam arti luas.
Seperti terlihat dari judul novel, Ayat-ayat Cinta (Sebuah novel pembangun
jiwa), maka tema novel ini tak hanya mengandung tema cinta manusia pada manusia
semata, tetapi juga merekam jejak nilai-nilai cinta manusia kepada Tuhan dan
rasul-Nya. Dalam novel ini tersirat adanya pengertian cinta manusia kepada
Tuhan yang diwujudkan dengan cara teguh menjaga keimanan berdasarkan
petunjuk-Nya. Selain itu, tema cinta tersebut menyiratkan adanya pengertian Tarbiyah
Rububiyah (Pendidikan Ketuhahan) tentang cinta Tuhan kepada manusia yang
diwujudkan dengan diberikannya cobaan kehidupan dan wahyu berupa petunjuk
ayat-ayat al-Quran dan Sunnah Nabi.
Perkembangan novel di Indonesia dari jaman
dulu sampai sekarang banyak yang bertemakan masalah-masalah yang berhubungan
dengan pendidikan keagamaan, karena pendidikan agama merupakan hal yang sangat
penting dalam kehidupan yang sarat dengan nilai-nilai positif. Berkaitan dengan
hal ini, dalam novel Ayat-ayat Cinta digambarkan terutama tentang kehidupan
tokoh utama yang sangat kuat imannya, selalu taat kepada aturan agama.
Mengetahui bagaimana berinteraksi dengan sesama manusia, baik muslim maupun
nonmuslim, muhrim dan bukan muhrim. Novel ini dapat dikatakan berisi aspek
religius edukatif.
Abu Ridho menyatakan bahwa novel Ayat-ayat
Cinta karya Habiburrahman El Shirazy adalah novel yang sangat bagus dan lengkap
kandungannya. Ini bukan hanya novel sastra dan novel cinta, tapi juga novel pendidikan,
novel budaya, novel religi, novel fikih, novel etika dan akhlak, novel bahasa,
dan novel dakwah. Bahasanya yang mengalir, karakterisasi tokoh-tokohnya yang
begitu kuat, dan gambaran latarnya yang begitu hidup, membuat kisah dalam novel
ini terasa benar-benar terjadi.[3]
Permasalahan yang menarik untuk dikaji oleh
penulis dalam penelitian ini adalah analisis nilai-nilai tarbiyah
/pendidikan religius yang terdapat dalam novel best Seller “Ayat-ayat Cinta”. Kandungan
Tarbiyah atau pendidikan dimaksud, berhubungan dengan pesan-pesan edukatif
melalui alur cerita di setip temanya, sedangkan Religius selalu berkaitan
dengan hal yang berhubungan dengan transedental. Transedental diperlukan
karena manusia hanya mungkin diselamatkan dengan adanya aplikasi tarbiyah
imaniyah (pendidikan keimanan) dalam tindakan nyata. Selain itu transedental
dalam arti spiritual akan membantu manusia menyelesaikan masalah-masalah modern
pada akar rumput paling bawah di lingkungan masyarat yang sering muncul dan
kian menggurita tanpa solusi.
Diakui
atau tidak, Habiburrahman El-Shirazy dengan kehadiran karya sastranya telah
menghantarkan kita kepada sebuah suguhan bacaan yang penuh dengan muatan
pendidikan. Dengan demikian, berdasarkan alasan-alasan di atas, novel Ayat-ayat
Cinta menarik untuk dikaji dari sisi tekstualnya. Dalam novel AAC terdapat
transformasi nilai-nilai pendidikan Islam karena adanya hubungan tekstual
dengan teks lain, dalam hal ini hubungannya dengan teks Alquran dan Hadis.
Untuk itu, perlu dilakukan penelitian yang memfokuskan perhatian pada kajian
tekstual.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1.
Nilai-nilai pendidikan apa sajakah yang terdapat
dalam novel Ayat-ayat cinta ditinjau dari unsur intrinsik teks al-Quran dan
Hadits?
2.
Bagaimanakah konsep pemikiran Habiburrahman
El-Shirazi dalam persfektif empiris pada Novel ayat-ayat cinta?
C.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui beberapa hal, yakni :
a.
Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan yang
terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta ditinjau dari unsur intrinsik teks
al-Quran dan Hadits.
b.
Untuk melacak konsep pemikiran Habiburrahman
El-Shirazi secara empiris tentang nilai pendidikan
Islam dalam novel Ayat-Ayat Cinta
2.
Kegunaan Penelitian
a.
Kegunaan Teoritis, yakni berguna bagi peneliti
untuk mempelajari secara lebih mendalam tentang konsep dan teori yang berkaitan
dengan nilai-nilai pendidikan Islam yang selanjutnya dapat dijadikan kerangka
awal untuk meneliti karya sastra. Selain itu, kegunaan hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai pembanding bagi peneliti lain dalam pengkajian sastra
islami pada umumnya.
b.
Kegunaan Praktis, yakni berguna bagi para pelaku
pendidikan, sastrawan dalam hal memberikan informasi, sumbangsi pemikiran, dan
dapat menambah wawasan keilmuan tentang kandungan nilai-nilai pendidikan dalam
hasil karya sastra seseorang. Begitu pula dapat berguna bagi pembaca dalam
memahami nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Ayat-ayat Cinta
utamanya menemukan hubungan intertekstual antara karya sastra dengan ayat-ayat
al-Quran dan Hadits.
D. Pengertian Judul
dan Defenisi Operasional
1. Pengertian Judul
Untuk
menghidari kesalahpahaman terhadap redaksi judul ini maka berikut ini penulis
kemukakan beberapa pengertian :
a. ”Nilai”, dalam bahasa
Inggris (value); Latin (valere) berarti: berguna, mampu akan,
berdaya, berlaku, kuat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu
dapat disukai, diinginkan, berguna atau dapat menjadi objek kepentingan.”[4]
Pengertian lainnya tentang nilai (value)
adalah “ norma-norma yang dianggap baik oleh setiap individu. Nilai inilah yang
selanjutnya akan menuntun setiap individu dalam melaksanakan ibadahnya. Sedangkan
Islam dalam pendidikan Islam menunjukkan hasil pendidikan tertentu yang sesuai
dengan ajaran Islam. Misalnya nilai-nilai yang terkandung dalam rukun Iman,
Rukun Islam dan Rukun Ihsan.[5]
Sedangkan menurut Zakiyah Zarajat adalah Suatu keyakinan ataupun perasaan yang
meyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola
pemikiran, perasaan, keterikatan maupun perilaku.[6]
b. Istilah tentang “novel” antara Negara satu dengan Negara lain beragam.
Dalam Bahasa jerman disebut Novelle. Sedangkan dalam bahasa perancis
disebut Nouvelle. Kedua istilah tersebut dipakai dalam pengertian yang
sama yaitu karangan prosa yang panjang mengadung serangkaian ceria kehidupan
seseorang dengan orang di sekitarnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap
perilaku.[7]
Novel dalam arti umum berarti cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas
yaitu cerita dengan plot dan tema yang kompleks, karakter yang banyak dan
setting cerita yang beragam. Novel merenungkan dan melukiskan realitas yang
dilihat, dirasakan dalam bentuk tertentu dengan pengaruh tertentu atau ikatan
yang dihubungkan dengan tercapainya gerak-gerik hasrat manusia.[8]
c. Habiburrahman
El-Shirazy, seorang novelis, alumnus Universitas al-Azhar Kairo Mesir.[9]
d. Empiris, biasa juga
disebut empirik, yang bermakna : Berdasarkan pengalaman dan penghayatan
seseorang, sehingga empirisme diartikan para penganut yang beranggapan bahwa
pengetahuan dapat diperoleh berdasarkan pengalaman dan pengayatan yang
memadukan antara indera dan nalar rasio.[10]
2. Defenisi Operasional
Berdasarkan beberapa pengertian judul di atas,
maka maksud dari penelitian ini secara operasional adalah : Melakukan suatu pengkajian
tentang kandungan nilai-nilai pendidikan Islam dengan cara menganalisis dari
aspek muatan nilai-nilai al-Quran dan Hadis secara intertekstual (hipograma)
pada sebuah karya sastra dalam bentuk novel “Ayat-Ayat Cinta”, yang dikarang berdasarkan
pengalaman dan penghayatan pribadi oleh seorang novelis “Habiburrahman
El-Shirazy”.
E.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research).
Dengan demikian, objek penelitian, referensi, dan rujukan-rujukan lain penulis
peroleh dari sumber-sumber tertulis yang terdapat di perpustakaan. Adapun objek
yang diteliti adalah novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman
El-Shirazy, cetakan XX, tahun 2007, diterbitkan oleh Republika Jakarta dan Pesantren Basmalah Indonesia.
Penelitian ini akan memfokuskan ke dalam ruang lingkup sebagai berikut :
(1) Sumber data dalam
penelitian ini adalah teks novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman
El-Shirazy.
(2) Penelitian kemudian
difokuskan pada teks-teks yang memuat dan mengandung nilai-nilai pendidikan
Islam yang terdapat dalam AAC dengan cara menganalisis dan melacak
antara hubungan pemikiran Habiburrahman El-Shirazy dalam teks AAC dengan
teks Alquran dan Hadis nabi.
E. Kajian Pustaka
Penelitian mengenai karya
sastra telah banyak dilakukan. Sebagian besar kajian dilakukan untuk meneliti
nilai intrinsic sebuah karya sastra, seperti nilai moral, landasan
sosiologis dan aspek kesejarahan dari suatu karya sastra.
Sepengetahuan penulis, penelitian yang mengkaji novel AAC berupa
skripsi ataupun tesis, hingga saat ini belum pernah ada. Penulis telah
mengunjungi dan menelusuri beberapa perpustakaan di daerah Gorontalo dan website,
Hasil-hasil penelitian tentang novel tersebut juga belum ada. Yang ada dalam
laman (website) hanyalah tanggapan-tangapan pembaca terhadap hasil bacaan
AAC yang memberikan kesan, khususnya bagi usia remaja, bahwa AAC sangat menarik untuk dibaca karena
memberikan pesan-pesan moral keagamaan bagi pembacanya.
Ada beberapa penelitian yang mengungkap bahwa karya sastra sering dipakai
pengarang sebagai sarana untuk menuangkan pengalaman-pengalaman religiusnya.
Dalam karya sastra yang menuangkan gagasan-gagasan nilai pendidikan dan religius,
pengarang-pengarang Islam menuangkan pesan-pesan nilai-nilai ajaran yang
dianutnya. Di antara pengarang-pengarang itu adalah :
- Yeni Oktarina. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel
Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. Skripsi. 2009. Berisi tentang
kandungan nilai dari aspek tema, alur cerita, penokohan dan latar.
- Hamka, A.A. Navis, Di bawah Lindungan Ka’bah. Secara umum berisi ajaran
Islam melalui tokoh-tokoh utamanya. Melalui pikiran dan dialog para tokoh,
Hamka mencoba menyisipkan kritik-kritik yang ditujukan pada ketimpangan
adat-istiadat daerahnya berdasarkan ajaran agama yang dianutnya.
Sedangkan dalam Bentuk Skripsi di Lingkungan IAIN Sultan Amai Gorontalo,
sebagian besar meneliti dari aspek nilai-nilai pendidikan pada lokasi tertentu,
sehingga jenis penelitiannya bersifat kualitatif deskripsi
1.
Penanaman Nilai-Nilai pendidikan Islam dalam
Pengembangan Kepribadian Anggota Unit Gegana Brimob Polda Gorontalo, Nurwakit,
2009, Penelitian Lapangan.
2.
Penanaman Nilai-Nilai Agama dan Implikasinya
terhadap minat belajar PAI pada siswa SDN 20 Tilamuta. Ida Parida, 2009.
Penelitian Lapangan.
3.
Penerapan nilai-nilai pendidikan agama Islam
dengan pendekatan pembiasaan di TK Dewi Sri Bandung Rejo Kec. Boliyohuto.
Ponamon Kasmowirjo. 2009. Penelitian Lapangan.
4. Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Mencegah Kebiasaan Meminum
Khamar pada Orang Tua Siswa di Madrasah Tsanawiyah al-Fitrah Desa Imana Kec.
Atinggola Kab. Gorontalo Utara. Tilahunga Otoluwa, 2008. Penelitian Lapangan.
Penelitian ini lebih difokuskan pada kandungan nilai-nilai pendidikan Islam
dalam Novel Ayat-ayat Cinta melacak pemikiran Habirrahman El-Shirazy tentang
pendidikan Islam sehingga dapat dilacak hubungan antara pemikiran Habiburrahman
El-Shirazy dalam teks AAC dengan teks Alquran dan Hadis nabi. Oleh
karena itu penulis berkeyakinan bahwa skripsi ini belum perna diteliti,
sehingga latar belakang, kerangka teori, metodologi dan hasil penelitian nanti
sangat berbeda dengan penelitian lainya.
F.
Metode Kajian
1.
Jenis dan Pendekatan Kajian
Jenis kajian yang dipakai dalam pembahasan ini,
adalah metode kualitatif dengan, artinya yang dianalisis dan hasil
analisisnya berbentuk deskripsi, sedangkan hasil penelitian lebih menekankan
pada makna dari pada angka-angka.[11]
Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan hasil haryanya yang
diamati. Penelitian kualitatif bertujuan untuk membangun persepsi alamiah
sebuah objek, jadi peneliti mendekatkan diri kepada objek secara utuh
(holistik).[12]
Adapun corak dan sifatnya adalah
penelitian kepustakaan (Library Research), yakni penelitian kepustakaan
dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis (descriptive of analyze
research). Deskripsi analisis ini mengenai bibliografis yaitu pencarian
berupa fakta, hasil dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari,
menganalisis, membuat interpretasi serta melakukan generalisasi terhadap hasil
penelitian yang dilakukan. Prosedur dari penelitian ini adalah untuk
menghasilkan data deskriptif yang berupa data tertulis setelah dilakukan
analisis pemikiran (content analyze) dari suatu teks. Dalam artian bahwa
semua sumber datanya berasal dari bahan-bahan yang tertulis yang telah
dipublikasikan dalam bentuk buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Adapun
metode pendekatan kajian yang digunakan adalah : Pendekatan edukatif, yakni mencari
data-data yang berkaitan dengan teori pendidikan, khususnya yang berkaitan
dengan pokok bahasan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik pustaka, simak, dan catat. Teknik pustaka adalah
teknik yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Data
diperoleh dalam bentuk tulisan, maka harus dibaca, disimak, hal-hal yang
penting dicatat kemudian disimpulkan dan mempelajari sumber tulisan yang dapat
dijadikan sebagai landasan teori dan acuan dalam hubungan dengan objek yang
akan diteliti. Teknik simak dan catat berarti penelitian sebagai instrumen
kunci melakukan penyimakan secara cermat, terarah dan teliti terhadap sumber
data yakni sasaran penelitian karya sastra yang berupa kata, klausa, kalimat,
ungkapan yang mengandung aspek religius dalam teks novel Ayat-ayat Cinta dalam
memperoleh data yang diinginkan. Hasil penyimakan itu dicatat sebagai sumber
data. Dalam data yang dicatat itu disertakan pula kode sumber datanya untuk
pengecekan ulang terhadap sumber data ketika diperlukan dalam rangka analisis
data.
3. Teknik Analisis Data
Proses menganalisis data, penulis
menggunakan metode deskriptif analisis yang terdiri dari empat tahapan,
diantaranya adalah pengumpulan, reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan / verifikasi[13]
Pertama, setelah pengumpulan data selesai, maka tahap selanjutnya adalah
mereduksi data yang telah diperoleh, yaitu dengan menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data, dengan demikian maka dapat
ditarik kesimpulan. Tahap kedua, data akan disajikan dalam bentuk narasi,
kemudian tahap ketiga akan dilakukan penarikan kesimpulan dari data yang
diperoleh. Kemudian penelitian ini menggunakan pola berfikir induksi berupa
menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus khusus.
Untuk menganalisis jenis penelitian kepustakaan, penulis melakukan
pembacaan ulang melalui teks dari awal hingga akhir kemudian mengingat kembali
penafsiran-penafsiran atau kejadian-kejadian dalam teks yang telah dibaca, dan
selanjutnya memodifikasi dengan pemaknaan sendiri berdasarkan
peristiwa-peristiwa yang ada untuk melacak pemikiran dan pengalaman sang
novelis terhadap produk sastranya yang ditinjau dari kandungan nilai-nilai
pendidikan dalam novel Ayat-ayat Cinta.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian kepustakaan
terdiri atas dua, yakni :
a. Sumber data Primer,
yakni sumber yang terfokus pada teks novel ayat-ayat cinta (ACC), karya novelis
Habiburrhaman El-shirazy.
b. Sumber data Sekunder,
yakni sumber yang penulis peroleh dari buku-buku terkait dengan objek penelitian,
seperti ayat al-Quran dan redaksi Hadits yang merupakan unsur intrinsik sumber
data yang banyak memuat nilai-nilai pendidikan Islam.
G. Sistematika Penulisan
Penelitian ini supaya lengkap dan
sistematis, maka perlu adanya sistematika penulisan. Skripsi terdiri atas lima
bab yang dapat dipaparkan sebagai berikut :
Bab I :
Berisi pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode
penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Memuat biografi pengarang
dan karya-karyanya serta ciri khas kepengarangannya. Bab III : Memuat teori
tentang gambaran umum novel yang meliputi pengertian novel, tujuan novel
unsur-unsur novel dan jenis: tema, alur, penokohan, latar, dan teori yang berkenaan dengan nilai-nilai
pendidikan, Bab IV, berisi tentang analisis struktur novel Ayat-ayat
Cinta yang meliputi tema, alur, latar, dan penokohan, yang kemudian
menganalisa kandungan nilai-nilai pendidikan dalam novel Ayat-ayat Cinta berdasarkan
tinjauan al-Quran dan Hadits, sehingga dapat dilacak pemikiran sang novelis
terhadap ide, gagasan dan pesan-pesan edukatif dalam setiap tema novelnya, dan Bab
V, berisi penutup yang mencakup kesimpulan, dan saran, untuk lembar
berikutnya yaitu daftar pustaka dan lampiran.
[1]Unsur-unsur Ekstrinsik biasa disebut dengan
intertekstual yakni : hubungan suatu teks dengan teks lain, Worton, Michael dan
Judith Still. Intertextuality and Practices. Dialihbahasakan oleh
Nurgriyantoro, Intertekstual dan Praktis Penelitian Teks (New York:
Manchester University Press, 1990), h. 26.
[2] Ahmad Nurgiyantoro, Karya Sastra antara Kreatifitas dan
Sarana Pendidikan (Jogjakarta: Media Nusantara, 1995), h. 3.
[3] Abu Ridho, Pesan-Pesan Religius dalam Karya Sastra ACC,
(Bandung :
Intan Persada Imu, 2009), h. 59.
[4] Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. 2002), h. 783.
[5] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar
Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, Cet. iv, 2008), h. 70.
[6] Zakiyah Darajat dkk, Dasar-dasar
Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 260.
[7] Departemen Pendidikan
Nasional. op cit., h. 788
[8] Arifatun Nisa’ Kandungan
Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura (
Surakarta: Nurul Islam. 2007), h. 5.
[9] http://www.kisah.web.id/tokoh-islam/habiburrahman-el-shirazy.html, diakses tanggal
10 Desember 2010.
[10] Pius A. Partanto, dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus
Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 148.
[11] Sugiyono, Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan Reseach and Development, (Bandung:
Alfabeta, 2010), h.13.
[12]Lexy J. Moleong, Metode Penelitian
Kualitatif, (Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda karya, 2010), h. 6.
[13]Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitafi, Kualitaf dan Reseach & Devolopment, (
Cet ke-10, Bandung: Alfabeta, 2010), h.334.
salam. maaf, apa dalam makalahnya tidak terdapat analisis nilai-nilai pendidikan?
BalasHapus