BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam manajemen budidaya ternak,
pakan merupakan kebutuhan tertinggi, yaitu kurang lebih 60 % dari seluruh biaya
produksi. Mengingat tingginya komponen biaya tersebut maka perlu adanya
perhatian dalam penyediaan hijauan baik dari sisi kuantitas maupun kulaitas,
tidak terkecuali bagi ternak Ruminansia (
sapi ) dimana pakan yang diperlukan berupa hijauan makanan ternak ( HMT ).
Kebutuhan pokok konsumsi HMT untuk setiap harinya ±10% dari berat badan ternak.
Dalam ransum ternak ruminansia ( sapi
), rumput lebih banyak digunakan karena selain lebih murah juga lebih mudah
diperoleh. Disamping itu rumput mempunyai produksi yang lebih tinggi dan tahan
terhadap tekanan defoliasi (
pemotongan dan renggutan ).
Sebagai upaya
penyediaan pakan ternak serta untuk menjamin kontinuitas penediaannya perlu diwujudkan
adanya lahan yang digunakan sebagai kebun hijauan makanan ternak dan atau
sebagai padang pengembalaan. Hal ini disesuaikan dengan sosial budaya
masyarakat setempat. Karena sebagaian wilayah di indonesia masih memiliki
sosial budaya yang memelihara ternaknya secara ekstensif yaitu dengan cara di gembalakan dan sebagian wilayah lagi
secara intensif yaitu dengan cara
dikandangkan.
Perluasan areal
dibidang peternakan dilakukan melalui pembukaan lahan HMT dengan maksud untuk
menambah luas kawasan peternakan/sentra produksi ternak dengan memanfaatkan
tanah kosong/tanah terlantar.
Kegiatan ini
dimaksudkan untuk membantu peternak/kelompok peternak dalam menyediakan hiajaun
makanan ternak. Hal ini merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan produksi
dan produktifitas ternak yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan
peternak.
1.2
Tujuan Dan Manfaat
a.
Tujuan PKL
1.
Mengelola lahan
baru Hijauan Makanan Ternak (HMT) di
kelompok Tani Terna “ Tanduk Perkasa “
2.
Melakukan
pengamatan erhadap pertumbuhan Rumput Raja (
King Grass )
b.
Manfaat PKL
1.
Mendapatkan
produksi rumput yang berkualitas
2.
Menjadi
rekomendasi kepada peternak sekitar untuk membudidayakan rumput yang
berkualitas tinggi yakni rumput raja (
King Grass )
1.3
Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah yang diperlukan :
1.
Keadaan lokasi
yakni kondisi lahan yang ada di lokasi kelompok tani ternak adalah lahan tidur.
2.
Sistem
pengolahan tanah yakni tidak adanya penegetahuan yang cukup bagi peternak untuk
melakukan pengolahan lahan secara baik.
3.
Produks rumput
yakni belum adanya pengetahuan peternak terhadap jenis rumput yang mempunyai
kualitas unggul
1.4
Rumusan Masalah
Dengan berbagai penjelasan yang dikemukakan tersebut
diatas serta usaha untuk lebih mendekatkan pada fokus persoalan yang dimaksud
maka penulis membuat satu pengamatan terhadap cara pengelolaan tanah dan
pemilihan jenis rumput yang memiliki kualitas tinggi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengelolaan Lahan
Pengelolaan
lahan merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh petani atau peternak
dalam hal ini usaha mendapatkan produktifitas hijaun baik dari sisi kuantitas
maupun kualitas tanaman. Pengelolaan lahan meliputi beberapa kegiatan yakni
pemilihan lokasi, dimana dalam menentukan tempat atau lokasi yang hendak
dipakai sebagai areal penanaman hijauan baik sebagai produksi potongan ataupun
pengembalaan perlu dipertimbangkan factor-faktor kesuburan tanah dan iklim topografi yang berkenaan dengan
pemupukan, komunikasi serta sumber air ( AAK 2005 )
Menurut
Cardenas Juan ( 1972 ) lahan diartikan sebagai satu hamparan tanah yang
dijadikan oleh masyarakat sebagai tempat atau media untuk membangun sarana dan
prasarana kehidupan. Dalam pengelolaan lahan yang bertujuan untuk digunakan
dalam pembukaan lahan hijauan makanan ternak ada beberapa factor yang harus
diperhatikan yakni kesuburan tanah dan iklim dimana kesuburan tanah dan iklim
menjamin akan menjamin kecepatan tumbuh, produktifitas, mutu dan kontinuitas
hijauan. Disamping itu, tanah yang subur juga akan menjamin efisiensi
pengelolaan labih lanjut.
2.2.
Hijauan Makanan Ternak
Hijauan
makanan ternak pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua kelompok yakni
kelompok rumput potongan dan rumput gembalaan. Rumput potongan adalah golongan
rumput yang memenuhi persyaratan berupa produksi persatuan luas cukup tinggi,
tumbuh tinggi secara vertical dan banyak anakan dan juga
responsive terhadap pemupukan, contoh adalah rumput raja.
Rumput
Raja ( Pennisetum Purphoides ) adalah
salah satu jenis rumput umggul yang berasal dari Afrika Tropik merupakan hasil
persilangan antara dua jenis rumput unggul yaitu Pennisetum Purphoides Pennisetum typoides yang membentuk rumpun
yang tingginya data mencapai 2-4 meter berbatang tebal menyerupai tanaman tebu,
daunnya agak kasar dan berbulu dengan lebar 3-6 cm dan panjangnya 70-100 cm dan
setiap rumpun bias mencapai 20-40 batang ( AAK,2005 )
Tanaman
ini disamping produksinya tinggi ( 130 ton BS/ha/tahun ) juga kualitasnya lebih
tinggi daripada rumput lapangan ( Nitis, 1990 dan Supriati, 1997 ). Rumput Raja
mengandung sekitar 10 % protein kasar sedangkan rumput lapangan hanya 5-7% (
Hartadi, 1997 ). Dengan kata lain, rumput raja merupakan rumput unggul,
produktifitas tinggi juga disukai oleh ternak sapid an perawatannya mudah.
Penanaman
rumput raja menggunakan stek batang yang cukup tua dapat juga dengan pols ( sobekan rumpun ) dan waktu yang
tepat untuk penanaman adalah pada musim hujan.
Rumput
raja dapat tumbuh pada daerah bercurah hujan 1.000 mm/tahun atau bercurah hujan
yang merata sepanjang tahun. Jenis rumput ini tumbuh baik pada tanah yang berat
dengan kemampuan Manahan air yang tinggi. Dengan demikian, sebagai rumput raja
yang juga dikenal dengan King Grass dapat berfungsi sebagai penahan erosi di tanah
yang miring ( AAK, 2005 ).
BAB III
TEKNIK PELAKSANAAN
3.1.
Teknik dan Waktu
Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan praktek
kerja lapangan di kelompok tani Ternak “ Tanduk Perkasa “ di Desa Mootinelo, Kecamatan Kwandang,
Kabupaten Gorontalo Utara selama 3 bulan terhitung dari tanggal 06 Maret 06
Juni 2007.
3.2.
Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan dalam kegiatan
adalah :
1. Alat tulis
menulis
2. Alat Bajak
3. Alat pemotong (
parang / Sabele )
4. Alat ukur
(meter)
5. Cangkul
6. Camera Digital
Bahan-bahan
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan PKL yaitu :
1. Bibit rumput
raja ( King Grass )
2. Pupuk
3.3.
Metode Yang Digunakan
Metode
yang dipakai dalam Praktek Kerja Lapangan ini adalah Observasi dan partisipasi
Aktif yang meliputi :
1. Wawancara dengan
masyarakat sekitar lokasi PKL tentang cara mereka mengolah lahannya.
2. Melakukan
pengolahan lahan yang mulai dari pembersihan lahan, pembajakan, penggaruan.
3. Mengukur
produksi tanaman dengan waktu 45 dan 90 hari.
3.4.
Obyek Yang Dimati
Obyek yang diamati dalam
pelaksanaan PKL ini adalah :
1. Pengolahan Tanah
2. Produksi Tanaman
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Pengolahan Lahan
Pada
umumnya untuk tanah tanpa irigasi, pengolahan tanah dilakukan pada akhir musim kemarau.
Hal ini dengan pertimbangan bahwa :
-
Penanaman bias dilakukan pada awal musim penghujanan
dengan frekuensi 3-4 hari sekali. Frekuensi tersebut sangat sesuai untuk
pertumbuhan tanaman, lebih-lebih biji, sebab pertumbuhan awal sangat peka
terhadap pengaruh-pengaruh luar, terutama keadaan suhu dan air.
-
Jarak yang terlampau lama antara pegolahan dan
penanaman dapat menyebabkan tanah yang sudah diolah memadat kembali.
Tahap-tahap pengolahan
yang baik meliputi Land-clearing, pembajakan
dan penggaruan. Namun hal ini kesemuanya tergantung pula kepada kondisi tanah
setempat, jenis tanaman yang hendak ditanam, serta bahan penanaman yang
dipergunakan.
A. Membersihkan
Areal ( Land-clearing )
Land-clearing bermaksud membersihkan areal terhadap
pepohonan, semak-semak dan alang-alang atau tumbuh-tumbuhan lainnya ( AAK.2005
).
Pada
hari pertama hal yang dilakukan adalah membersihkan lahan dimana tujuan dari
pembersihan ini adalah untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu yang
bias membuat hijaun terganggu pertumbuhannya. Dalam pembersihan ini ada dua
cara yang dilakukan oleh petani atau peternak untuk membersihkan lahan yakni
dengan cara memaras atau memotong-motong rumput, dan cara kedua adalah dengan
menggunakan zat kimia yakni berupa cairan pestisida dimana petani menyemprotkan
cairan ini ketanaman pengganggu. Hal ini dilakukan untuk mempercepat dan
memudahkan dalam proses pembersihan karena tanaman yang disemprot dengan cairan
ini bisa lagsung kering dan mati walaupun cara ini bisa mempengaruhi unsure
hara dalam tanah.
B. Pembajakan ( Ploughing )
Pembajakan
bertujuan untuk memecah lapisan-lapisan tanah menjadi bongkah-bongkah, sehingga
pengemburan selanjutnya lebih muda dilakukan. Kemudian memaksakan tanah sebab
dengan membalik lapisan tanah dengan
membiarkan beberapa hari sebelum digemburkan, maka proses mineralisasi bahan-bahan
organic akan berlangsung lebih cepat ( AAK.2005 ). Pada minggu ke 2 hal yang
dilakukan adalah membaak tanah yang akan ditanami hijauan. Pembajakan ini ada
dua cara juga yang digunakan oleh petani atau peternak dimana cara yang pertama
adalah dengan pembajakan tradisional yakni petani menggunakan sapi untuk
menarik bajak dalam membajak tanah. Cara kedua adalah dengan cara modern yakni
petani menggunakan mesin Tractor untuk mengolah tanah, pada minggu kedua ini
setelah proses pembajakan petani langsung memberikan kapur untuk tujuan
menormalkan PH tanah.
C.
Penggaruan (
Harrowing )
Penggaruan
atau pengemburan bertujuan menghancurkan bogkahan-bongkahan besar menjadi
struktur lemah dan juga sekaligus membersihkan sisa-sisa perakaran
tumbuh-tumbuhan liar.
Bila direncanakan hendak dilakukan pemupukan
kembali, baik dilakukan dengan menggunakan pupuk organic ataupun anorganik
sebaiknya pemupukan ini diberikan sebelum penggemburan, sehingga pada saat-saat
penggemburan berlangsung pupuk dapat teraduk secara merata pada lapisan olah.
Pemupukan awal ini sangat penting untuk meransang perkembangan akar yang lebih
dalam dan luas ( AKK.2005 )
D.
Pembuatan Guludan
Dimana
dalam pembuatan guludan, teras dan lain-lain disesuaikan dengan kemiringan
lahan berdasarkan hasil berdasarkan hasil desain.
4.2.
Produksi Tanaman
4.2.1.
Pengukuran Tinggi
Tanaman, Panjang Tanaman dan Jumlah Tunas
Produksi
tanaman dengan jarak tanam 50 x 50 cm yaitu :
1. Tinggi tanaman
Adapun
rata-rata tinggi tanaman dari 20 tanaman yang diukur dapat dilihat pada table
1.
Table 1. Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman
Hari
|
Tinggi
Defoliasi ( cm )
|
Rata-rata
tinggi tanaman ( cm)
|
45
|
10
|
156
|
90
|
10
|
164
|
Cara
pengukuran tinggi tanaman adalah dengan mengukur tanaman yang paling tinggi.
Pada table diatas terlihat
bahwa rata-rata produksi tinggi tanaman pada hari ke 45 adalah 156 cm pada
defoliasi 10 cm. sedangkan rata-rata produksi tinggi tanaman pada hari ke 90
adalah 164 cm pada defoliasi yang sama yakni 10 cm.
Dari hasil diatas bisa kita
lihat bahwa semakin lama dan semakin berulang di defoliasi tinggi tanaman akan
menghasilkan bahan segar yang tinggi pula baik produksi batang maupun produksi
daun ( Mukhtar, 2005 ).
2. Panjang Tanaman
Adapun rata-rata panjang tanaman dari
20 tanaman yang diukur dapat dilihat pada table 2.
Table
2. hasil pengukuran panjang tanaman pada lahan dengan defoliasi 10 cm.
Hari
|
Tinggi
Defoliasi ( cm )
|
Rata-rata
tinggi tanaman ( cm)
|
45
|
10
|
190,89
|
90
|
10
|
199,65
|
Cara
pengukuran panjang tanaman adalah dengan cara menegakkan semua tanaman kemudian
mengukur yang panjang. ( Mukhar, 2005 )
Pada table diatas terlihat
bahwa rata-rata produksi panjang tanaman pada hari ke 45 adalah 190,89 cm pada
defoliasi 10 cm. sedangkann rata-rata produksi panjang tanaman pada hari ke 90
secara berurut adalah 199,65 cm pada defoliasi yang sama yakni 10 cm.
Panjang
tanaman merupakan salah satu juga factor dalam melihat produksi tanaman dimana
semakin panjang tanaman akan menghasilkan bahan segar yang tinggi pula baik
produksi batang maupun daun ( Mukhtar,2005 ).
3. Jumlah Tunas
Adapun rata-rata jumlah tunas
dari 20 batang yang dihitung dapat dilihat pada table 3.
Table 3. hasil perhitungan jumlah tunas
tanaman pada lahan
Hari
|
Tinggi
Defoliasi ( cm )
|
Rata-rata
tinggi tanaman ( cm)
|
45
|
10
|
13
|
90
|
10
|
13
|
Cara menghitung
jumlah tuntas adalah dengan menghitung jumlah tunas baru yang tumbuh baik pada
anakan maupun yang membentuk percabangan.
Pada table diatas terlihat
bahwa rata-rata produksi jumlah tunas tanaman pada hari ke 45 adalah 13 batang
pada defoliasi 10 cm. sedangkan rata-rata produksi jumlah tuntas tanaman pada
hari ke 90 adalah 13 batang. Disini bisa kita lihat bahwa perbedaan antara
defoliasi hari ke 45 dan 90 tidak mengalami perubahan .
4.2.2.
Produksi Berat Segar
Adapun rata-rata produksi bahan segar
dari 20 tanaman dapat dilihat pada table 4.
Table 4. hasil penimbangan produksi bahan
segar
Hari
|
Tinggi
Defoliasi ( cm )
|
Rata-rata
tinggi tanaman ( cm)
|
45
|
10
|
550
|
90
|
10
|
620
|
Jumlah
|
1170
|
Pada tabel diatas terlihat
bahwa rata-rata produksi bahan segar tanaman ada hari ke 45 adalah 550 gram
pada defoliasi 10 cm. sedangkan rata-rata produksi bahan segar tanaman pada
hari ke 90 adalah 620 gram pada
defoliasi yang sama yakni 10 cm.
Melalui perbandingan hasil
produksi ini menunjukan bahwa peningkatan jumlah produksi akan dipengaruhi oleh
banyaknya kita melakukan defoliasi. Jadi jumlah produksi hijauan adalah 4680
gram/1m2/3 bulan atau bisa mencapai ton/hectare/tahun.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pengolahan lahan dan
pengolahan produksi tanaman yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa rata-rata
tinggi tanaman, panjang tanaman dan jumlah tunas pada pemotongan hari ke 45
adalah 156 cm, 190,89 cm dan 13 batang dan hari ke 90 adalah 164 cm, 199,65 cm
dan 13 batang. Serta produksi bahan segar selama 3 bulan ( 90 hari ) adalah
1170 gram.
5.2. Saran
1.
Dalam menghasilkan produksi tanaman yang optimal
disarankan kepada peternak untuk memperhatikan cara pengolahan lahan
2.
Petani harus mengetahui perkembangan teknologi
pertanian yang lebih modern sehingga memudahkan petani untuk mendapatkan
produksi tanaman yang optimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar